twitter


Tadi malam aku memimpikanmu. 

Kamu hadir dalam lelapku yang sendu. 

Ku kira, dirimu sangat merindukanku.

Namun ternyata, aku yang terlalu amat merindukanmu.

Sampai pada suatu ketika, kau menerjang masuk ke alam bawah sadarku. 


Karya: Sebuah Cerpen

Jenis Sudut Pandang: Orang Ketiga (Serba Tahu) 


Pada malam itu ketika bintang menampakkan sinar indahnya di singgasana langit yang megah nan pekat, tidak seorang pun mengindahkan sosok lelaki payah nan lemah yang tertegun mendengar ucapan kekasih hatinya.

Lelaki itu hanya bisa melintingkan senyumnya seraya menepis rasa yang cukup menggelitik di relung batinnya. Namun di seberang sana, terlihat seorang wanita cantik bak putri raja di kayangan yang tengah berbahagia dengan kesempurnaan hidupnya.

Kala itu ia membanggakan kebahagiannya yang hakiki atas orang-orang terkasihnya. Sang lelaki pun turut serta terhanyut dalam kebahagiaannya seraya berucap pada hati kecilnya, semoga Sang Khalik terus melimpahkan kebahagiaan pada wanita yang dikasihinya.

Dunia mungkin apatis dengan secuil cinta yang dimiliki lelaki ini jika dibandingkan dengan kisah cinta termahsyur seperti Rasulullah SAW kepada Khadijah, atau bahkan Romeo kepada Juliette? Namun ketahuilah, cinta pemuda ini tulus dan suci.

Lelaki muda itu memang belumlah mengkhatamkan kitab-kitab percintaan, namun baginya cantik adalah bukan lagi sekedar fisik semata, namun cantik ialah keindahan yang hakiki pada hati dan akhlak. Baginya cantik hanyalah sebuah nilai lebih yang bisa dikatakan sebagai bonus.

Bukan manusia namanya jika tidak ada kekurangan pada dirinya. Ya, itulah yang ada di benaknya setiap kali ia menyadari banyaknya kekurangan pada dirinya. Begitupun dirinya selalu mencoba memahami orang-orang di sekitarnya. 

Bukankah indah jika insan saling memaklumi? 

"Ah sudahlah." Gumamnya dalam hati sembari bergumul dengan rasa kecewanya yang kian kalah dihajar rasa cintanya yang ternyata jauh lebih besar. 

Mungkin baginya, sebuah pemberian kecil itu bukanlah hal yang berarti. Namun, jika saja hidup ini bak sinetron yang bisa diatur oleh sutradara, dan bisa ditampakkan behind the scene-nya, wanita beruntung ini tentu akan sangat bersyukur. 

Tidakkah ia tahu betapa besar perjuangan lelaki ini untuk bisa memantaskan dirinya agar bisa bersanding dengan wanita idamannya?

Tidakkah ia tahu seberapa besar perjuangan pemuda ini menahan hasrat jiwa mudanya demi untuk menabung agar bisa memilih masa depan yang cerah di kemudian hari dengan wanita idamannya?

Mengapa tidak pergi saja menikmati masa muda bersama teman, bersenang-senang, berfoya-berfoya, bersantai, berjudi, mabuk-mabukkan, berkhalwat bercampur baur dengan wanita lain yang mudah didapat, mengapa malah memilih untuk menyusahkan diri sendiri?

"Tentu tidak." Ucapnya.

Pikirnya, hanya wanitanya lah prioritasnya. Dia menggantungkan asa setinggi langit demi untuk pantas bersama kekasihnya.

Penantian memang lah berat. Namun itu akan melahirkan sebuah pondasi yang amat kokoh.

"Sabar." Ucapnya lagi.

Hadiah kali ini memang tidak seberapa harganya, tapi tidak seorang pun yang tahu seberapa besar nilainya selain lelaki itu sendiri dan Tuhannya yang Maha Tahu.

Dia mungkin lebih tergoda dan mengagungkan seorang tuan tanah penguasa sumber air minum yang melimpah daripada seorang pemuda yang hanya bisa memberinya botol air terakhirnya agar wanita ini tidak kehausan.

Ya, itu manusiawi. Siapa pun akan melakukan hal yang demikian. Namun, tidakkan dia tau, arti pengorbanan di dalam sebotol air terakhirnya? Jika diminumnya air di botol terakhir itu, maka si lelaki bisa saja mati dalam kehausan demi untuk menghapus dahaga wanita yang dicintainya.

Begitupun hadiah yang diberikannya, memanglah murah dan mungkin pasaran. Tapi, bisakah setidaknya menghargai sebuah pemberian kecil ini?

Mungkin saja lelaki ini bertarung nyawa demi untuk melihat secuil senyumah dari bibir manis kekasihnya itu kala membuka pemberian yang didapatnya.


Dunia ini memang kejam.

Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang.

Sehat-sehatlah bumiku.


Dari aku sang pujangga amatir. 


Franchise Waralaba Seblak Bandung Terlezat 
Se-JaBoDeTaBek

Seblak Bandung Priangan-Baraya
Obatnya Galau & Ngantuk 

We guarantee you the most delicious & spicy taste 
which is enriched with traditional spices 
BBM: 5AB94F06 ☎ 085715535525 
SEBLAK RASA CINTA BIKIN BIDADARI LUPA DIRI











Kami membuka kesempatan berwirausaha dengan sistem waralaba tak terikat dalam bidang usaha kuliner yang sedang ngehits saat ini yaitu Seblak Bandung.
Kami tidak akan memberatkan Anda sebagai mitra usaha kami karena kami tidak menerapkan sistem bagi hasil. Keuntungan 100% milik Anda.
Dari pengalaman saat kami membuka usaha kami di hari pertama sampai hari ke-5, kami mampu mengantongi laba bersih sebanyak Rp. 900ribuan. Keuntungan ini di luar sewa lapak, modal bahan baku dan gaji karyawan (yang masak). Dikarenakan keuntungan seperti ini, dalam 1 bulan kemudian kami mampu membuka 2 cabang baru sekaligus.
*Proyeksi laba rugi ini pada dasarnya kembali pada pemilihan lokasi calon mitra, dan harga jual di daerah nya masing masing yang dipengaruhi ongkir, sewa tempat, dll.
Kami berani menjamin rasa Seblak Bandung kami yang paling lezat!


Mengapa kami sangat yakin?
1. Kami menggunakan berbagai macam rempah-rempah berkualitas untuk memperkaya cita rasa Seblak Bandung kami. Ditambah dengan bumbu resep rahasia kami yang semakin membuat nikmat rasanya.

2. Sudah ratusan bahkan ribuan pelanggan kami yang memuji kelezatan Seblak Bandung kami. Per harinya kami mampu menjual 45 sampai dengan 80 porsi.
3. Banyak dari mereka yang menyarankan dan merequest kami untuk segara membuka cabang baru lagi di tempat-tempat lain agar lebih mudah dijangkau.
4. Kami pun sudah sering dan selalu mensurvey berbagai macam cita rasa seblak di sekitar wilayah jabodetabek dan hasilnya malah membuat kami semakin percaya diri dengan kelezatan cita rasa Seblak Bandung Priangan kami.
5. Kami selalu menjaga kebersihan gerobak dan peranti masak kami sampai-sampai membuat pelanggan yang datang merasa sebagai pelanggan pertama karena peranti masak selalu bersih dan rapih. 
 
Target masyarakat: Semua kalangan terutama anak-anak, muda belia, anak kampus
Keuntungan jika menjadi mitra waralaba kami:
1. Tidak ada kewajiban membayar royalty SAMPAI KAPANPUN
2. Tidak ada sistem bagi hasil
3. Dapat mengatur keuntungan, gaji karyawan dll. sendiri
4. Mendapatkan booth untuk berjualan
5. Mendapatkan peralatan lengkap peranti berjualan
• Kompor gas Quantum lengkap dg tabung + regulator
• Peralatan ( Teflon, box, tempat bumbu)
• Banner
• Stok bumbu + bahan awal
• Kemasan awal
• Satu buah daftar menu
6. Mendapatkan pelatihan/bimbingan memasak sampai bisa GRATIS
7. Mendapatkan hak untuk dipromosikan pada akun media sosial kami
8. Bahan baku siap antar dan Anda siap berjualan
9. Pengantaran gerobak dan perlengkapan GRATIS
10. Menu banyak dan bervariatif
11. Lokasi booth fleksibel (sekitar instansi pendidikan, mall, daerah wisata, pinggir jalan strategis, lingkungan industri/perkantoran, dan daerah potensial lainnya)
12. Harga jual produk fleksibel bergantung lokasi mitra yang dipengaruhi ongkir, sewatempat dll.
Kami berikan penawaran biaya SPECIAL untuk 10 mitra pertama seharga Rp. 10,500,000  Rp. 9,000,000 *masih bisa nego lho!
Kenapa masih bisa nego?
Kami sadar bahwasanya kami adalah pendatang baru dalam usaha kuliner ini, sehingga kami tidak ingin membatasi potensi Anda yang mungkin akan menjadi partner usaha kami.


Silahkan dilihat info dan penampakan lapak kami di Instagram: Seblak_Priangan


Galau mau joinan apa enggak? Makanya cobain dulu Seblak Bandung Priangan kami biar gak galau lagi, hehehe... 



Barrack Obama’s Victory Speech
Hello, Chicago.
If there is anyone out there who still doubts that America is a place where all things are possible, who still wonders if the dream of our founders is alive in our time, who still questions the power of our democracy, tonight is your answer.
It's the answer told by lines that stretched around schools and churches in numbers this nation has never seen, by people who waited three hours and four hours, many for the first time in their lives, because they believed that this time must be different, that their voices could be that difference.
It's the answer spoken by young and old, rich and poor, Democrat and Republican, black, white, Hispanic, Asian, Native American, gay, straight, disabled and not disabled. Americans who sent a message to the world that we have never been just a collection of individuals or a collection of red states and blue states.
We are, and always will be, the United States of America.
It's the answer that led those who've been told for so long by so many to be cynical and fearful and doubtful about what we can achieve to put their hands on the arc of history and bend it once more toward the hope of a better day.
It's been a long time coming, but tonight, because of what we did on this date in this election at this defining moment change has come to America.
A little bit earlier this evening, I received an extraordinarily gracious call from Sen. McCain.
Sen. McCain fought long and hard in this campaign. And he's fought even longer and harder for the country that he loves. He has endured sacrifices for America that most of us cannot begin to imagine. We are better off for the service rendered by this brave and selfless leader.
I congratulate him; I congratulate Gov. Palin for all that they've achieved. And I look forward to working with them to renew this nation's promise in the months ahead.
I want to thank my partner in this journey, a man who campaigned from his heart, and spoke for the men and women he grew up with on the streets of Scranton and rode with on the train home to Delaware, the vice president-elect of the United States, Joe Biden.
And I would not be standing here tonight without the unyielding support of my best friend for the last 16 years the rock of our family, the love of my life, the nation's next first lady Michelle Obama.
Sasha and Malia I love you both more than you can imagine. And you have earned the new puppy that's coming with us to the new White House.
And while she's no longer with us, I know my grandmother's watching, along with the family that made me who I am. I miss them tonight. I know that my debt to them is beyond measure.
To my sister Maya, my sister Alma, all my other brothers and sisters, thank you so much for all the support that you've given me. I am grateful to them.
And to my campaign manager, David Plouffe, the unsung hero of this campaign, who built the best -- the best political campaign, I think, in the history of the United States of America.
To my chief strategist David Axelrod who's been a partner with me every step of the way.
To the best campaign team ever assembled in the history of politics you made this happen, and I am forever grateful for what you've sacrificed to get it done.
But above all, I will never forget who this victory truly belongs to. It belongs to you. It belongs to you.
I was never the likeliest candidate for this office. We didn't start with much money or many endorsements. Our campaign was not hatched in the halls of Washington. It began in the backyards of Des Moines and the living rooms of Concord and the front porches of Charleston. It was built by working men and women who dug into what little savings they had to give $5 and $10 and $20 to the cause.
It grew strength from the young people who rejected the myth of their generation's apathy who left their homes and their families for jobs that offered little pay and less sleep.
It drew strength from the not-so-young people who braved the bitter cold and scorching heat to knock on doors of perfect strangers, and from the millions of Americans who volunteered and organized and proved that more than two centuries later a government of the people, by the people, and for the people has not perished from the Earth.
This is your victory.
And I know you didn't do this just to win an election. And I know you didn't do it for me.
You did it because you understand the enormity of the task that lies ahead. For even as we celebrate tonight, we know the challenges that tomorrow will bring are the greatest of our lifetime -- two wars, a planet in peril, the worst financial crisis in a century.
Even as we stand here tonight, we know there are brave Americans waking up in the deserts of Iraq and the mountains of Afghanistan to risk their lives for us.
There are mothers and fathers who will lie awake after the children fall asleep and wonder how they'll make the mortgage or pay their doctors' bills or save enough for their child's college education.
There's new energy to harness, new jobs to be created, new schools to build, and threats to meet, alliances to repair.
The road ahead will be long. Our climb will be steep. We may not get there in one year or even in one term. But, America, I have never been more hopeful than I am tonight that we will get there.
I promise you, we as a people will get there.
There will be setbacks and false starts. There are many who won't agree with every decision or policy I make as president. And we know the government can't solve every problem.
But I will always be honest with you about the challenges we face. I will listen to you, especially when we disagree. And, above all, I will ask you to join in the work of remaking this nation, the only way it's been done in America for 221 years -- block by block, brick by brick, calloused hand by calloused hand.
What began 21 months ago in the depths of winter cannot end on this autumn night.
This victory alone is not the change we seek. It is only the chance for us to make that change. And that cannot happen if we go back to the way things were.
It can't happen without you, without a new spirit of service, a new spirit of sacrifice.
So let us summon a new spirit of patriotism, of responsibility, where each of us resolves to pitch in and work harder and look after not only ourselves but each other.
Let us remember that, if this financial crisis taught us anything, it's that we cannot have a thriving Wall Street while Main Street suffers.
In this country, we rise or fall as one nation, as one people. Let's resist the temptation to fall back on the same partisanship and pettiness and immaturity that has poisoned our politics for so long.
Let's remember that it was a man from this state who first carried the banner of the Republican Party to the White House, a party founded on the values of self-reliance and individual liberty and national unity.
Those are values that we all share. And while the Democratic Party has won a great victory tonight, we do so with a measure of humility and determination to heal the divides that have held back our progress.
As Lincoln said to a nation far more divided than ours, we are not enemies but friends. Though passion may have strained, it must not break our bonds of affection.
And to those Americans whose support I have yet to earn, I may not have won your vote tonight, but I hear your voices. I need your help. And I will be your president, too.
And to all those watching tonight from beyond our shores, from parliaments and palaces, to those who are huddled around radios in the forgotten corners of the world, our stories are singular, but our destiny is shared, and a new dawn of American leadership is at hand.
To those -- to those who would tear the world down: We will defeat you. To those who seek peace and security: We support you. And to all those who have wondered if America's beacon still burns as bright: Tonight we proved once more that the true strength of our nation comes not from the might of our arms or the scale of our wealth, but from the enduring power of our ideals: democracy, liberty, opportunity and unyielding hope.
That's the true genius of America: that America can change. Our union can be perfected. What we've already achieved gives us hope for what we can and must achieve tomorrow.
This election had many firsts and many stories that will be told for generations. But one that's on my mind tonight's about a woman who cast her ballot in Atlanta. She's a lot like the millions of others who stood in line to make their voice heard in this election except for one thing: Ann Nixon Cooper is 106 years old.
She was born just a generation past slavery; a time when there were no cars on the road or planes in the sky; when someone like her couldn't vote for two reasons -- because she was a woman and because of the color of her skin.
And tonight, I think about all that she's seen throughout her century in America -- the heartache and the hope; the struggle and the progress; the times we were told that we can't, and the people who pressed on with that American creed: Yes we can.
At a time when women's voices were silenced and their hopes dismissed, she lived to see them stand up and speak out and reach for the ballot. Yes we can.
When there was despair in the dust bowl and depression across the land, she saw a nation conquer fear itself with a New Deal, new jobs, a new sense of common purpose. Yes we can.
When the bombs fell on our harbor and tyranny threatened the world, she was there to witness a generation rise to greatness and a democracy was saved. Yes we can.
She was there for the buses in Montgomery, the hoses in Birmingham, a bridge in Selma, and a preacher from Atlanta who told a people that "We Shall Overcome." Yes we can.
A man touched down on the moon, a wall came down in Berlin, a world was connected by our own science and imagination.
And this year, in this election, she touched her finger to a screen, and cast her vote, because after 106 years in America, through the best of times and the darkest of hours, she knows how America can change.
Yes we can.
America, we have come so far. We have seen so much. But there is so much more to do. So tonight, let us ask ourselves -- if our children should live to see the next century; if my daughters should be so lucky to live as long as Ann Nixon Cooper, what change will they see? What progress will we have made?
This is our chance to answer that call. This is our moment.
This is our time, to put our people back to work and open doors of opportunity for our kids; to restore prosperity and promote the cause of peace; to reclaim the American dream and reaffirm that fundamental truth, that, out of many, we are one; that while we breathe, we hope. And where we are met with cynicism and doubts and those who tell us that we can't, we will respond with that timeless creed that sums up the spirit of a people: Yes, we can.
Thank you. God bless you. And may God bless the United States of America.



Terjemahan

 Pidato Kemenangan Barrack Obama

Halo Chicago,
Jika masih ada yang meragukan Amerika adalah sebuah tempat di mana segala sesuatu mungkin dapat terjadi, yang masih mempertanyakan apakah impian para pendiri negara ini masih hidup sampai saat ini, yang masih meragukan kekuatan dari demokrasi kita, malam ini adalah jawaban untukmu.
Jawaban ini berasal dari lapisan masyarakat di sekitar sekolah dan gereja, dalam jumlah yang tidak pernah dilihat bangsa ini sebelumnya, oleh orang yang menunggu selama tiga jam, empat jam, banyak di antara mereka yang melakukan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, karena mereka percaya bahwa sekarang pasti berbeda, bahwa suara-suara mereka bisa menjadi perbedaan itu.
Jawaban ini diucapkan oleh tua dan muda, kaya dan miskin, demokrat dan republiken, kulit hitam-putih, hispanik-asia, Amerika asli, gay, normal, cacat maupun tidak, orang-orang Amerika yang mengirimkan pesan pada dunia bahwa kita tidak pernah hanya berupa sekumpulan individual atau sekumpulan negara-negara bagian pendukung serikat dan pendukung demokrat, kita selalu menjadi dan akan tetap menjadi Amerika Serikat.
Jawaban ini diberikan oleh mereka yang selalu dipandang dengan sinis oleh banyak orang, dianggap penakut, dan peragu tentang apa yang bisa kita raih, untuk meletakkan tangan mereka di atas gerbang sejarah dan sekali lagi menuju harapan hari yang lebih baik.
Sudah sangat lama sekali. Tapi malam ini, dikarenakan apa yang sudah kita lakukan hari ini, dalam pemilu ini, dalam saat yang menentukan ini, perubahan telah datang ke Amerika.
Beberapa saat yang lalu malam ini, saya menerima sebuah telepon yang luar biasa rendah hatinya dari Senator McCain. Senator McCain telah berjuang dengan gigih dan lama di kampanye ini, dan dia bahkan telah berjuang lebih gigih dan lebih lama lagi untuk negara yang dia cintai. Dia telah bertahan menghadapi cobaan-cobaan untuk Amerika, yang bahkan
tidak bisa dibayangkan oleh kebanyakan dari kita. Kita menjadi lebih baik karena jasa yang diberikan oleh pemimpin yang berani dan tidak egois ini.
Saya mengucapkan selamat padanya, saya ucapkan selamat pada Gubernur Palin, atas segala pencapaian mereka, dan saya sangat menantikan untuk bekerja sama dengan mereka, untuk memperbaharui janji-janji bangsa ini dalam bulan-bulan mendatang.
Saya ingin berterima kasih rekan saya dalam perjalanan ini, seseorang yang berkampanye dari dalam hatinya, dan berbicara untuk pria dan wanita yang tumbuh besar bersamanya di jalanan Scranton dan teman seperjalanan pulang di kereta ke rumahnya di Delaware. Wakil Presiden Terpilih Amerika Serikat, Joe Biden.
Dan saya tidak akan berdiri di sini malam hari ini tanpa dukungan yang tak kenal lelah dari sahabat saya selama 16 tahun terakhir ini, kekuatan dalam keluarga kami, cinta dalam hidup saya, Ibu Negara bangsa ini yang berikutnya, Michelle Obama.
Sasha dan Malia, saya mencintai kalian berdua lebih dari yang bisa kalian bayangkan, dan kalian berhak mendapatkan anak anjing baru yang akan ikut kita ke Gedung Putih.
Dan meski pun dia tidak lagi bersama kita, saya tahu nenek saya sedang menyaksikan bersama keluarga yang telah menjadikan saya seperti sekarang ini, saya merindukan mereka malam ini, saya tahu hutang saya pada mereka tak terhingga jumlahnya. Kepada saudari saya Maya, saudari saya Auma, dan semua saudara dan saudari saya yang lain, terima kasih banyak atas dukungan yang telah kalian berikan pada saya. Saya sangat berterima kasih pada mereka.
Kepada manajer kampanye saya, David Plouffe, pahlawan tak dikenal dari kampanye ini, yang telah membangun kampanye politik, yang saya rasa, terbaik sepanjang sejarah Amerika. Kepada ketua strategi saya, David Axelrod yang telah menjadi rekan saya sepanjang jalan ini. Kepada tim kampanye terbaik yang pernah dibentuk dalam sejarah politik, kalianlah
yang memungkinkan ini terjadi, dan saya selamanya berterima kasih atas segala pengorbanan kalian untuk mewujudkan hal ini.
Tapi di atas semua, saya tidak pernah melupakan pemilik sesungguhnya dari kemenangan ini. Kemenangan ini adalah milik Anda, kemenangan ini adalah milik Anda. Saya tidak pernah menjadi kandidat yang paling mungkin untuk jabatan ini. Kita tidak memulai dengan banyak uang dan dukungan. Kampanye kita tidak terpusat di aula-aula di Washington.
Kampanye ini dimulai di halaman belakang rumah, di ruang keluarga, di teras depan. Kampanye ini dibangun oleh pria dan wanita pekerja keras yang menggali tabungan mereka yang hanya sedikit dan menyumbangkan 5 dolar, 10 dolar, 20 dolar untuk tujuan ini. Kampanye ini mendapatkan kekuatan dari orang-orang muda yang menolak mitos bahwa generasi mereka tidak mampu, yang mencintai rumah mereka, dan keluarga mereka untuk sebuah pekerjaan yang bergaji kecil dan waktu kerja yang panjang. Kampanye ini mendapatkan kekuatan dari orang-orang yang tidak begitu muda lagi, yang menantang dingin yang menggigit dan panas yang membara untuk mengetuk pintu orang-orang asing, dan dari jutaan orang Amerika yang secara sukarela mengorganisir dan membuktikan pada kita bahwa dua abad kemudian sebuah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat belumlah musnah dari muka bumi. Ini adalah kemenangan kalian.
Dan saya tahu Anda melakukan ini tidak hanya untuk memenangkan sebuah pemilu. Saya tahu Anda tidak melakukan ini untuk saya. Anda melakukannya karena Anda paham beratnya tugas-tugas yang ada di masa depan. Karena bahkan ketika kita merayakan malam ini, kita tahu tantangan yang akan dibawa oleh masa depan, adalah yang terberat sepanjang hidup kita. Dua perang, sebuah planet yang terancam hancur, krisis finansial yang terparah selama seabad terakhir.
Bahkan pada saat kita berdiri di sini malam ini, kita tahu ada warga negara Amerika yang berani baru terbangun dari tidurnya di padang pasir Irak, di pegunungan Afghanistan untuk mempertaruhkan nyawa mereka untuk kita. Ada orangtua yang tetap terjaga setelah anak-anak mereka tertidur dan bertanya bagaimana cara membayar hipotek rumah, atau membayar tagihan kesehatan, atau menabung agar dapat menyekolahkan anak-anak mereka ke perguruan tinggi.
Ada energi baru untuk dimanfaatkan, pekerjaan baru untuk diciptakan, sekolah-sekolah baru untuk dibangun, juga ancaman-ancaman untuk dihadapi, persekutuan untuk diperbaiki. Jalan ke depan akan panjang. Kita harus mendaki gunung tinggi. Kita mungkin tidak akan berhasil dalam setahun atau bahkan dalam satu masa jabatan. Tapi, Amerika, belum pernah saya memiliki harapan sebesar malam ini bahwa kita akan berhasil mencapainya. Saya berjanji pada Anda, kita sebagai sebuah bangsa akan mencapainya.
Akan ada langkah mundur, dan awal yang salah. Akan ada banyak di antara kalian yang tidak sependapat dengan tiap kebijakan yang saya keluarkan sebagai presiden. Dan kita tahu pemerintah tidak bisa menyelesaikan setiap masalah. Tapi saya akan selalu jujur pada Anda tentang tantangan yang kita hadapi. Saya akan mendengarkan Anda, terutama pada saat kita tidak sependapat. Dan di atas semua itu saya akan minta Anda untuk bergabung dalam pekerjaan untuk membangun kembali bangsa ini, dengan satu-satunya cara yang telah dilakukan selama 221 tahun di Amerika. Blok per blok, bata per bata, ruang per ruang.
Apa yang dimulai 21 bulan yang lalu di sebuah malam musim dingin tidak bisa berakhir pada malam musim gugur ini. Kemenangan ini sendiri bukanlah perubahan yang kita cari. Ini hanyalah sebuah kesempatan untuk membuat perubahan itu. Dan itu tidak bisa terjadi bila kita kembali ke saat-saat sebelumnya. Perubahan itu tidak bisa terjadi tanpa Anda. Tanpa semangat melayani yang baru, semangat berkorban yang baru. Jadi marilah kita menciptakan sebuah semangat yang baru, semangat patriotisme, rasa tanggung jawab, di mana masing-masing dari kita menjadi patriot dan bekerja lebih keras serta tidak hanya menjaga diri sendiri tapi saling menjaga.
Marilah kita mengingat bila ada pelajaran yang bisa dipetik dari krisis finansial ini, adalah kita tidak bisa memiliki sebuah “Wall Street” yang jaya tapi jalan yang lain menderita. Dalam bangsa ini, kita bangkit dan jatuh sebagai satu kesatuan. Mari kita menolak untuk kembali ke budaya partisan dan kelompok, dan ketidakdewasaan yang telah mencemari politik kita sekian lamanya. Marilah kita ingat bahwa seorang pria dari negara bagian ini yang pertama kali membawa bendera partai Republik di Gedung Putih, sebuah partai yang didirikan dengan nilai-nilai kemandirian, dan kebebasan individu dan persatuan nasional. Semua itu adalah nilai-nilai yang kita semua yakini. Dan meskipun partai Demokrat mendapatkan kemenangan besar malam ini, kita melakukannya dengan segala kerendahan hati, dan kegigihan yang telah mengobati apapun yang selama ini menghambat kemajuan kita.
Seperti yang pernah Lincoln katakan ke sebuah bangsa yang jauh lebih terkotak-kotak dibandingkan kita, kita bukanlah musuh tapi teman. Meskipun nafsu bisa membuat hubungan kita tegang, tapi tidak boleh memutuskan ikatan kasih sayang di antara kita. Kepada warga negara Amerika yang dukungannya belum saya dapatkan, saya mungkin tidak mendapatkan suara Anda malam ini, tapi saya mendengar suara-suara Anda. Saya membutuhkan bantuan kalian. Dan saya akan menjadi presiden Anda juga.
Dan untuk semua yang malam ini menyaksikan dari luar pantai-pantai kita, dari gedung-gedung parlemen dan istana-istana, bagi mereka yang mendengarkan dari radio di sudut dunia yang terlupakan, cerita kita satu dan nasib kita saling terhubung. Fajar baru kepemimpinan Amerika sedang menyingsing. Kepada kalian yang meruntuhkan dunia, kami akan mengalahkan kalian. Kepada kalian yang mencari perdamaian dan keamanan, kami mendukung kalian. Dan untuk mereka yang masih bertanya-tanya apakah pemancar-pemancar Amerika masih menyala terang, malam ini kita kembali membuktikan bahwa kekuatan sesungguhnya dari bangsa kita bukan datang dari letusan senjata kita atau dari kekuatan ekonomi kita tapi dari kekuatan ide-ide kita yang terus bertahan, demokrasi, kebebasan, kesempatan, dan harapan yang tak tergoyahkan. Itulah arti Amerika yang sesungguhnya.
Bahwa Amerika bisa berubah. Persatuan kita bisa disempurnakan. Apa yang telah kita capai memberikan harapan tentang apa yang bisa dan harus kita capai besok. Pemilu ini mencatat banyak pertama kali-pertama kali dan banyak cerita yang akan diceritakan selama beberapa generasi, tapi satu yang ada di kepala saya malam ini adalah tentang seorang wanita yang menggunakan hak pilihnya di Atlanta. Dia sama seperti warga negara lain yang mengantri dan menyuarakan pendapatnya di pemilu ini kecuali untuk satu hal, Anne Nixon-Cooper berusia 106 tahun. Dia dilahirkan hanya selang satu generasi setelah perbudakan dihapuskan, sebuah masa di mana tidak ada mobil di jalanan dan pesawat di angkasa, di mana seseorang sepertinya tidak bisa memilih karena dua alasan yaitu karena dia wanita dan warna kulitnya. Dan malam ini, saya berpikir tentang apa saja yang telah dilihatnya dalam seabad kehidupannya di Amerika. Masa sulit dan harapan, perjuangan dan kemajuan, masa-masa di mana kita diberitahu bahwa kita tidak bisa, dan orang-orang yang terus melawan dengan nilai Amerika itu, “Ya, kita bisa.”
Masa di mana suara wanita dibungkam dan harapan mereka diabaikan. Dia hidup untuk melihat mereka bangkit, bersuara dan menuju tempat pemungutan suara, “Ya, kita bisa.”
Ketika keputusasaan menyebar dan debu berjatuhan, depresi di seluruh negeri, dia melihat sebuah negeri menaklukkan rasa takutnya dengan perjanjian baru, pekerjaan baru, rasa tujuan bersama yang baru, “Ya, kita bisa.”
Ketika bom berjatuhan di pelabuhan kita, dan tirani mengancam dunia, dia ada untuk menyaksikan sebuah generasi bangkit menuju kejayaan dan demokrasi diselamatkan. “Ya, kita bisa.”
Dia ada untuk bus-bus di Montgomery, rumah-rumah di Birmingham, jembatan-jembatan di Selma, dan pendakwah dari Atlanta yang memberitahu orang-orang bahwa kita akan bertahan, “Ya, kita bisa.”
Seorang pria menjajakkan kaki di bulan, sebuah tembok runtuh di Berlin, sebuah dunia terhubung oleh ilmu pengetahuan dan imajinasi kita sendiri, dan tahun ini di pemilu ini, dia menyentuhkan jarinya ke sebuah layar, dan menentukan pilihannya, karena setelah 106 tahun hidupnya di Amerika, melalui masa-masa senang maupun susah, dia tahu bagaimana Amerika bisa berubah, “Ya, kita bisa.”
Amerika, kita sudah berjalan begitu jauh, kita sudah melihat begitu banyak hal, tapi masih banyak lagi yang harus dilakukan. Jadi malam ini mari kita tanyakan pada diri kita sendiri, jika anak perempuan saya bisa hidup untuk melihat abad berikutnya, jika anak saya begitu beruntung untuk bisa hidup selama Anne Nixon-Cooper, perubahan apa yang akan mereka lihat? Kemajuan apa yang telah kita buat? Inilah kesempatan kita untuk menjawab pertanyaan itu. Inilah saat kita.
Inilah waktu kita untuk kembali menempatkan rakyat kita dalam pekerjaan, membuka pintu-pintu kesempatan bagi anak-anak kita. Untuk mengembalikan kesejahteraan dan menciptakan tujuan-tujuan perdamaian, untuk kembali meng-klaim impian Amerika dan kembali memastikan kenyataan yang mendasar bahwa meski berbeda-beda kita adalah satu. Bahwa pada saat kita bernafas kita juga berharap dan ketika kita berhadapan dengan sinisme dan keraguan dan mereka yang menyatakan bahwa kita tidak bisa, kita akan membalas dengan nilai yang tidak berujung waktu itu yang merupakan inti dari semangat rakyat, “Ya, kita bisa.”
Terima kasih. Tuhan memberkati Anda dan semoga Tuhan memberkati Amerika Serikat.

Dosen: 
Ibu Ni Luh Putu Setiarini

Kelompok:
Demaris Agave (11612817)
Fika Agistiawaty (12612933)
Nina Sepnanda S. (15612332)
Nurul Fadhilah (15612530)








Pengertian

Ilmu sosial (Inggris:social science) atau ilmu pengetahuan sosial (Inggris:social studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.

Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial.[1] Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, di Indonesia IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di atasnya, mulai dari sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal tersebut.
Untuk menjawab dan memecahkan berbagai persoalan yang ada dalam kehidupan maka lahirlah berbagai macam ilmu pengetahuan. Berdasarkan sumber ilmu filsafat yang di anggap sebagai ibu dari ilmu pengetahuan, maka ilmu pengetahuan di kelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :
  1. Ilmu-ilmu Alamiah (natural science). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas.
  2. Ilmu-ilmu sosial (social science). ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah.
  3. Pengetahuan budaya (the humanities) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Ilmu Sosial Dasar adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menelaah tentang masalah-masalah sosial di dalam sebuah masyarakat yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah manusia .

Maka dari itu pelajaran ilmu sosial dasar diberikan kepada mahasiswa sebagai suatu bahan program studi atau mata kuliah umum. Mata kuliah umum sosial dasar diberikan dalam rangka usaha untuk memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan guna mengkaji gejala-gejala sosial agar daya tanggap, presepsi, dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosialnya .

Tujuan

a. Tujuan umum diselenggarakannya mata kuliah Ilmu Sosial Dasar ialah pembentukan dan pengembangan kepribadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan, dan pemikiran mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam lingkungannya, khususnya gejala berkenaan dengan masyarakat dengan orang lain, agar daya tanggap, presepsi, dan penalaran berkenaan dengan lingkungan social dapat dipertajam.

b. Tujuan khusus:
  1. Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-maslah sosial yang ada dalam masyarakat.
  2. Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya.
  3. Menyadari bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya dapat mendekatinya (mempelajarinya).
  4. Memahami jalan pikiran para ahli dalalm bidang ilmu pengetahuan lalin dan dapat berkomunikasi dengan mereka dalalm rangka penanggulangan maslah sosial yang timbul dalam masyarakat.

Ruang Lingkup Ilmu Sosial Dasar

Ilmu sosial dasar mencakup masalah-masalah sosial yang timbul didalam sebuah masyarakat. Untuk menelaah masalah-masalah sosial tersebut hendaknya terlebih dahulu dapat mengidentifikasi kenyataan-kenyataan sosial dan memahami sejumlah konsep sosial tersebut. Sehingga ilmu sosial dasar dapat dibedakan atas tiga golongan beasar yaitu :
  1. Kenyataan-kenyataan sosial yang ada didalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu.
  2. Konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial yang dibahas pada ilmu sosial.
  3. Masalah-masalah sosial yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan-kenyataan sosial yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan satu sama lain.
Ilmu sosial dasar terdiri dari 8 (delapan) pokok pembahasan. Dari kedelapan pokok pembahasan tersebut maka ruang lingkup perkuliahan Ilmu Sosial Dasar diharapkan mempelajari dan memahami adanya :
  1. Berbagai masalah kependudukan dalam hubunganya dengan pengembangan masyarakat dan kebudayaan.
  2. Masalah Individu, keluarga dan masyarakat.
  3. Masalah pemuda dan sosialisasi
  4. Masalah hubungan antara Warga Negara dan Negara
  5. Masalah pelapisan sosial dan kesamaan derajat.
  6. Masalah masyarakat perkotaan dan masalah pedesaan.
  7. Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan integrasi.
  8. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan keserjahteraan masyarakat.

Cabang-cabang utama dari ilmu sosial adalah:
  • Antropologi, yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya yang mempelajari segi kebudayaan masyarakat
  • Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam masyarakat
  • Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi
  • Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
  • Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa
  • Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral
  • Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk negara)
  • Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
  • Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat manusia
  • Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia di dalamnya


Referensi: 1. ^ Vessuri, Hebe. (2000). "Ethical Challenges for the Social Sciences on the Threshold of the 21st Century." Current Sociology 50, no. 1 (January): 135-150. [1], Social Science Ethics: A Bibliography, Sharon Stoerger MLS, MBA

http://prabowo-womanizer.blogspot.com/2012/10/pengertian-ilmu-sosial-dasar.html